Tuesday, August 9, 2016

MOS/OSPEK: pengenalan atau perpeloncoan

                Saat memasuki tahun ajaran baru, biasanya anak sekolah akan disibukan dengan berbagai keperluan untuk sekolah mereka seperti alat tulis, buku, tas, sepatu, dan lain-lain. Untuk mereka yang akan memasuki masa orientasi, kesibukannya akan bertambah seperti membeli barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar-mengajar dan bahkan terkesan konyol seperti kaos kaki beda warna, pita warna-warni, karung goni, bola plastic, dan lainnya. Kemudian disuruh membuat atribut konyol dengan benda-benda seperti itu dan berlanjut ketika berada di lingkungan sekolah/kampus dimana mereka mendapatkan intimidasi dan bullying yang dilakukan oleh panitia MOS/OSPEK dan mereka melakukan hal itu dengan alasan melatih mental para junior dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dikenalnya juga untuk lebih menghormati kepala sekolah, guru-guru, dan senior. Akan tetapi cara maupun pendekatan yang mereka lakukan itu salah.

        Dengan melakukan pendekatan seperti itu cenderung akan membuat para junior melakukan hal yang sama di kemudian hari di saat mereka menjadi panitia MOS/OSPEK dan akan terus berulang setiap tahunnya. Sebaiknya kegiatan MOS/OSPEK harusnya diisi dengan kegiatan yang lebih edukatif dan lebih menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual kepada siswa sebagai bekal untuk apa yang mereka hadapi di masa mendatang mengingat banyak remaja yang pada zaman sekarang mengalami dekadensi moral akibat perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi. Selain itu, materi tentang pengenalan sekolah dan kegiatannya juga perlu untuk mengenalkan siswa dengan lingkungan barunya. Juga tak kalah pentingnya adalah pengembangan karakter untuk para siswa baru seperti melatih mereka dalam hal kepemimpinan, cara berbicara di depan kelas dan di depan banyak orang, menghormati pendapat orang lain, bersosialisasi yang baik dengan yang lain di mana hal-hal tersebut sangat bermanfaat bagi para siswa baru dan berefek dalam mengerjakan tugas dan aktivitas mereka di sekolah bukan hanya mementingkan perpeloncoan saja.  


                MOS/OSPEK sebenarnya sangat penting sebagai bekal pengenalan siswa baru di lingkungan sekolah mereka dengan format acara yang lebih edukatif dan memberikan manfaat yang jelas daripada hanya sekedar perpeloncoan, ajang balas dendam para senior, dan bahan guyonan. Tidak mengadakan MOS juga kurang tepat karena dapat membuat siswa menjadi kaget/shock dikarenakan tidak ada pengenalan materi tentang sekolah dan juga dapat membuat hubungan siswa dengan siswa, siswa dengan guru menjadi kurang akrab. Meninjau tentang peraturan Kemendikbud baru-baru ini bahwa MOS harus diselenggarakan oleh guru/pengajar juga kurang tepat dan terkesan berlebihan. Dengan menerapkan peraturan ini Kemendikbud seolah-olah masih takut akan adanya praktik perpeloncoan yang dilakukan siswa senior kepada juniornya, maka dari itu memercayakan acara MOS kepada guru yang justru malah akan memperberat kerja guru karena disamping menyiapkan acara MOS guru juga harus menyusun kurikulum dan rencana belajar siswa. Sebaiknya tugas guru hanya mengawasi dan memberi materi saja kepada para siswa. Biarkan siswa `(OSIS) yang menyelenggarakan acara MOS dan bukannya guru.

No comments:

Post a Comment