Saat memasuki tahun ajaran baru,
biasanya anak sekolah akan disibukan dengan berbagai keperluan untuk sekolah
mereka seperti alat tulis, buku, tas, sepatu, dan lain-lain. Untuk mereka yang
akan memasuki masa orientasi, kesibukannya akan bertambah seperti membeli
barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar-mengajar dan
bahkan terkesan konyol seperti kaos kaki beda warna, pita warna-warni, karung
goni, bola plastic, dan lainnya. Kemudian disuruh membuat atribut konyol dengan
benda-benda seperti itu dan berlanjut ketika berada di lingkungan
sekolah/kampus dimana mereka mendapatkan intimidasi dan bullying yang dilakukan
oleh panitia MOS/OSPEK dan mereka melakukan hal itu dengan alasan melatih
mental para junior dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dikenalnya
juga untuk lebih menghormati kepala sekolah, guru-guru, dan senior. Akan tetapi
cara maupun pendekatan yang mereka lakukan itu salah.
Dengan melakukan pendekatan seperti itu
cenderung akan membuat para junior melakukan hal yang sama di kemudian hari di
saat mereka menjadi panitia MOS/OSPEK dan akan terus berulang setiap tahunnya.
Sebaiknya kegiatan MOS/OSPEK harusnya diisi dengan kegiatan yang lebih edukatif
dan lebih menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual kepada siswa sebagai bekal
untuk apa yang mereka hadapi di masa mendatang mengingat banyak remaja yang
pada zaman sekarang mengalami dekadensi moral akibat perkembangan zaman dan
pesatnya kemajuan teknologi. Selain itu, materi tentang pengenalan sekolah dan
kegiatannya juga perlu untuk mengenalkan siswa dengan lingkungan barunya. Juga
tak kalah pentingnya adalah pengembangan karakter untuk para siswa baru seperti
melatih mereka dalam hal kepemimpinan, cara berbicara di depan kelas dan di
depan banyak orang, menghormati pendapat orang lain, bersosialisasi yang baik
dengan yang lain di mana hal-hal tersebut sangat bermanfaat bagi para siswa
baru dan berefek dalam mengerjakan tugas dan aktivitas mereka di sekolah bukan
hanya mementingkan perpeloncoan saja.
MOS/OSPEK sebenarnya sangat
penting sebagai bekal pengenalan siswa baru di lingkungan sekolah mereka dengan
format acara yang lebih edukatif dan memberikan manfaat yang jelas daripada
hanya sekedar perpeloncoan, ajang balas dendam para senior, dan bahan guyonan.
Tidak mengadakan MOS juga kurang tepat karena dapat membuat siswa menjadi
kaget/shock dikarenakan tidak ada pengenalan materi tentang sekolah dan juga
dapat membuat hubungan siswa dengan siswa, siswa dengan guru menjadi kurang
akrab. Meninjau tentang peraturan Kemendikbud baru-baru ini bahwa MOS harus
diselenggarakan oleh guru/pengajar juga kurang tepat dan terkesan berlebihan. Dengan
menerapkan peraturan ini Kemendikbud seolah-olah masih takut akan adanya
praktik perpeloncoan yang dilakukan siswa senior kepada juniornya, maka dari
itu memercayakan acara MOS kepada guru yang justru malah akan memperberat kerja
guru karena disamping menyiapkan acara MOS guru juga harus menyusun kurikulum
dan rencana belajar siswa. Sebaiknya tugas guru hanya mengawasi dan memberi materi
saja kepada para siswa. Biarkan siswa `(OSIS) yang menyelenggarakan acara MOS
dan bukannya guru.
No comments:
Post a Comment