Thursday, February 25, 2016

Polemik Pekerjaan Yang Menahan Ijazah Asli Bag 2

Polemik Pekerjaan Yang Menahan Ijazah Asli
                                                                          Bag 2
Benar saja sewaktu keluar ijazah saya pun tidak bisa saya ambil karena sudah terikat perjanjian dan ada dua pilihan yaitu saya harus menebus sejumlah nominal yang disepakati atau harus menunggu selama kurun waktu tiga bulan. Saya ambil pilihan yang kedua karena saya tidak punya uang sebanyak itu. Kemudian saya ceritakan hal tersebut kepada orang tua saya dan beliau punya teman yang sangat akrab dengan bos di tempat saya bekerja. Kemudian teman ayah saya tersebut menelepon mantan bos saya dan beberapa hari kemudian saya ditelepon orang dari perusahaan tersebut dan menyuruh saya untuk segera mengambil ijazah saya. Seketika saya senang sekali. Keesokan harinya saya datang ke kantor tersebut, tanda tangan, dan mengambil ijazah saya dengan selamat.   
            Cerita selanjutnya datang dari paman saya. Waktu itu ijazahnya sempat hilang namun dapat diketemukan lagi. Ceritanya adalah ijazahnya ikut terbawa oleh pencuri yang mencuri di perusahaan tempatnya bekerja (mungkin dikira benda berharga kali yaa). Untung saja beberapa waktu kemudian polisi berhasil menangkap pencuri tersebut dan ijazahnya berhasil ditemukan sementara barang curian lain telah digunakan sebagaian oleh si pencuri. Setelah kejadian itu dia memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut dan mengambil ijazahnya.

            Cerita yang lebih miris datang dari teman saya. Lebih tepatnya pengalaman temannya teman saya sebut saja namanya si Udin. Waktu itu dia bekerja di sebuah fashion outlet yang agak terkenal di Surabaya. Si Udin disuruh menyerahkan ijazahnya sebagai jaminan oleh perusahaan tersebut dan dia menyerahkannya. Nahas bagi si Udin. Fashion Outlet tempatnya bekerja mengalami musibah kebakaran dan membakar semua yang ada tanpa tersisa termasuk ijazahnya. Ini membuatnya kebingungan. Sewaktu dia menyanyakan nasib tentang ijazahnya, perusahaan hanya memberikan ganti rugi sebesar Rp500.000 dan itu berlaku untuk semua karyawan yang mengalami nasib serupa. Miris sekali pendidikan yang ditempuh selama 3 tahun dan dengan biaya yang tidak sedikit dan perjuangan yang keras untuk bisa mendapatkan ijazah harus berakhir dengan ganti rugi uang lima ratus ribu. Itu sangat tidak sepadan. Makanya sewaktu teman saya ditawari pekerjaan yang diharuskan untuk menyerahkan ijazah. Teman itu dengan tegas menolak walaupun gajinya besar. Dia tidak mau pengalaman si Udin menimpanya dan tidak mau mengambil resiko apapun dari itu. Nah itulah sederet pengalaman dari saya dan orang sekitar saya tentang resiko pekerjaan yang menahan ijazah asli dari para karyawannya. Maka dari itu kita harus berhati-hati dan jeli dalam menyikapi hal ini. Sekian cerita dari saya mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca.

Saturday, February 20, 2016

Nama-nama Surat Kabar Paling Kritis di Indonesia

Nama-nama Surat Kabar Paling Kritis di Indonesia

            Berikut ini adalah nama-nama surat kabar yang paling vocal dalam memberitakan kegiatan pemerintah sampai-sampai harus mengalami pembredelan bahkan para anggota nya harus mendekam di penjara dikarenakan sebelum era reformasi, kebebasan pers di Indonesia dikekang. Apa yang diberitakan oleh pers harus sejalan dengan kepentingan pemerintah meskipun harus menyampaikan berita bohong kepada masyarakat. Sedangkan bagi mereka yang bertentangan dengan pemerintah dan mengkritik pemerintahan, maka surat kabar mereka akan dibredel bahkan anggotanya akan dijebloskan ke penjara. Penasaran, inilah deretan nama surat kabar paling kritis di Indonesia yang saya rangkum untuk anda.

Pedoman

            Didirikan oleh Rosihan Anwar dan Djunaedi Pedoman terbit pada 29 November 1948 sebagai Koran kiblik. Pedoman kerap kali memberitakan tentang perlawanan tentara Indonesia, akibatnya Pedoman harus merasakan pembredelan untuk pertama kalinya pada 31 January 1949 karena memuat pidato radio Menlu (darurat) Indonesia Mr.Maramis dari New Delhi, India yang menganjurkan  kaum republican untuk meneruskan perjuangan kemerdekaan. Selama enam bulan Pedoman lumpuh. Ketika hendak terbit lagi, Djuanedi sudah tidak lagi antusias tapi Rosihan tetap jalan terus untuk membesarkan Pedoman. Perlahan, Pedoman menjadi bacaan golongan menengah, kaum elite dan intelektual. Sebagai Koran mainstream jalan Pedoman tidaklah mulus. Situasi paling kritis terjadi pada tahun 1957 ketika terjadi sejumlah  pergolakan di daerah. Pedoman berkali-kali kena bredel. Bahkan Rosihan sempat duduk di kursi pesakitan namun dibebaskan. Tekad Rosihan untuk terus membesarkan Pedoman sangat besar, terbukti berkat usaha keras Rosihan, pada tahun 1961, Pedoman memiliki tiras sampai 53.000 eksemplar dan menjadikannya Koran beroplah terbesar pada waktu itu.   

            Pada 7 January 1961, penguasa militer membredel Pedoman karena dianggap sering memuat tulisan-tulisan yang nadanya bertentangan dengan atau melemahkan kepercayaan rakyat kepada landasan, tujuan, dan program kepemimpinan revolusi Indonesia. Pada 29 November 1968, tak lama setelah kekuasaan Soekarno runtuh. Rosihan menerbitkan kembali Pedoman tapi hanya bertahan sekitar lima tahun. Pada 24 January 1974, Pedoman kembali kena bredel setelah terjadi demonstrasi mahasiswa di Jakarta yang menentang kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka dan mengkritik politik pemerintah dalam apa yang disebut Malapetaka Lima Belas January (Malari). Padahal saat itu tiras Koran sudah mencapai 60.000 eksemplar dan itu menjadi akhir dari surat kabar Pedoman.

Tempo, Editor, dan Detik

            Majalah Tempo, Editor, dan tabloid Detik juga mengalami pembredelan setelah memuat berita tentang korupsi kapal perang yang dilakukan di jaman orde baru. Ceritanya pada tahun 90-an ramai kasus pembredelan oleh Presiden Suharto terhadap tiga media karena memberitakan ada dugaan mark-up pembelian kapal perang Jerman Timur. Bahkan ketika itu terseret juga nama Menristek B.J. Habibie dan Menkeu Marie Muhammad karena dituding ikut andil dalam melakukan mark-up. Habibie dipercaya oleh presiden sebagai negosiator untuk merundingkan 36 kapal perang dan peluru kendali dari armada Jerman Timur. Akhirnya Habibie berhasil merundingkan seluruh armada dan spare part seharga USD 12,5 juta dan seterusnya disetor ke Suharto. Habibie mengklaim dirinya hanya mengurusi pembelian sampai ke tahap itu sedangkan soal pembayaran dan keuangan sepenuhnya diserahkan ke Kementrian Keuangan dan Kemenhan.

            Entah bagaimana ceritanya selanjutnya ramai pemberitaan ada dugaan mark-up hingga membuat harga armada militer ini membengkak berkali-kali lipat. Masalah ini lantas diberitakan oleh tiga media yaitu majalah Tempo, Editor dan tabloid Detik. Karena dianggap memprovokasi isu, tiga media ini kemudian dibredel. Majalah Tempo yang tebit pada 7 Juni 1994 mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur dari USD 12,7 juta menjadi USD 1,1 miliar.

            Pada 9 Juni 1994, Soeharto marah besar. Dia memerintahkan menindak tegas majalah Tempo, Editor, dan Tabloid Detik.

Sumber: jatuh-bangun-Koran-kiblik-historia


 

  

Saturday, February 13, 2016

Penerjemahan Menurut Perspektif Halliday



            Penerjemahan di definisikan sebagai suatu proses dari seorang penumpang (ST) dibantu oleh seorang pilot (penerjemah) terbang ke tujuannya (TT). Ada banyak perbedaan pandangan terhadap proses penerjemahan, metode, dan kualitas penaksirannya. Meskipun pandangan tentang penerjemahan berbeda-beda, pada dasarnya terdiri dari tiga bagian: penulis, translator, dan pembaca di bidang penulisan dan pembicara, interpreter dan pendengar di bidang percakapan (oral).

2. Register atau context dari situasi adalah kumpulan kosakata dan artinya, konfigurasi dari pola semantic, bersama dengan kata dan struktur seperti dobel negatif (diantara orang Amerika kulit hitam) digunakan dalam realisasi dari maksud tersebut. Itu berhubungan dengan variasi dari penggunaan bahasa ke variasi dari konteks sosial. Setiap context memiliki kosakata yang berbeda-beda. Kau bisa melihat sebuah perbedaan besar dalam kosakata yang digunakan oleh mekanik di sebuah garasi dan yang digunakan oleh dokter . pemilihan dari arti memiliki perbedaan di setiap text.

            Halliday membahas istilah register dengan dengan detail. Istilah ini mengarah ke hubungan antara bahasa (dan bentuk semiotic lain) dan fitur dari konteks. Halliday menggunakan contoh dari frasa “once upon a time” sebagai suatu daftar kata yang menunjukkan ke kita bahwa kita membaca atau mendengar sebuah cerita rakyat.

3. Variabel Register menggambarkan hubungan antara fungsi bahasa dan bentuk bahasa. Untuk memiliki suatu pemahaman dari bentuk bahasa dan fungsi yang jelas, kita mempunyai contoh-contoh antara lain:
            Fungsi Deskriptif memberikan informasi aktual. Kamu bisa menguji informasi ini, lalu menerima atau menolak. (it’s -10C outside.
 Jika musim dingin pasti bisa diterima. Tapi di musim panas itu akan ditolak).
            Fungsi Ekspresif memberikan informasi mengenai pembicara dan perasaanya. (I don’t invite her again. Maksudnya adalah si pembicara tidak suka dengannya saat awal berjumpa). Newmark percaya ini dari fungsi ekspresif adalah pikiran dari pembicara, penulis atau asal dari suatu ungkapan. Ia menggunakan ungkapan untuk menunjukkan perasaan tidak suka dari suatu respon.

            Fungsi Sosial menunjukkan hubungan tertentu antara pendengar dan pembicara. (will that be all sir?)
 kalimat ini disampaikan di sebuah restoran).


            Fungsi Informatif Newmark percaya inti dari fungsi ini adalah di situasi external, fakta dari sebuah topik, kenyataan di luar bahasa, termasuk laporan pemikiran atau teori. Format dari sebuah teks informatif biasanya standar: sebuah buku teks, laporan teknis, artikel di Koran, paper ilmiah, skripsi, laporan atau agenda dari suatu meeting.  

Terjemahan dari Halliday Theory of Translation