Polemik Pekerjaan Yang Menahan Ijazah Asli
Bag 2
Benar saja
sewaktu keluar ijazah saya pun tidak bisa saya ambil karena sudah terikat
perjanjian dan ada dua pilihan yaitu saya harus menebus sejumlah nominal yang
disepakati atau harus menunggu selama kurun waktu tiga bulan. Saya ambil
pilihan yang kedua karena saya tidak punya uang sebanyak itu. Kemudian saya
ceritakan hal tersebut kepada orang tua saya dan beliau punya teman yang sangat
akrab dengan bos di tempat saya bekerja. Kemudian teman ayah saya tersebut
menelepon mantan bos saya dan beberapa hari kemudian saya ditelepon orang dari
perusahaan tersebut dan menyuruh saya untuk segera mengambil ijazah saya.
Seketika saya senang sekali. Keesokan harinya saya datang ke kantor tersebut,
tanda tangan, dan mengambil ijazah saya dengan selamat.
Cerita selanjutnya datang dari paman
saya. Waktu itu ijazahnya sempat hilang namun dapat diketemukan lagi. Ceritanya
adalah ijazahnya ikut terbawa oleh pencuri yang mencuri di perusahaan tempatnya
bekerja (mungkin dikira benda berharga kali yaa). Untung saja beberapa waktu
kemudian polisi berhasil menangkap pencuri tersebut dan ijazahnya berhasil
ditemukan sementara barang curian lain telah digunakan sebagaian oleh si
pencuri. Setelah kejadian itu dia memutuskan untuk keluar dari perusahaan
tersebut dan mengambil ijazahnya.
Cerita yang lebih miris datang dari
teman saya. Lebih tepatnya pengalaman temannya teman saya sebut saja namanya si
Udin. Waktu itu dia bekerja di sebuah fashion outlet yang agak terkenal di
Surabaya. Si Udin disuruh menyerahkan ijazahnya sebagai jaminan oleh perusahaan
tersebut dan dia menyerahkannya. Nahas bagi si Udin. Fashion Outlet tempatnya
bekerja mengalami musibah kebakaran dan membakar semua yang ada tanpa tersisa
termasuk ijazahnya. Ini membuatnya kebingungan. Sewaktu dia menyanyakan nasib
tentang ijazahnya, perusahaan hanya memberikan ganti rugi sebesar Rp500.000 dan
itu berlaku untuk semua karyawan yang mengalami nasib serupa. Miris sekali
pendidikan yang ditempuh selama 3 tahun dan dengan biaya yang tidak sedikit dan
perjuangan yang keras untuk bisa mendapatkan ijazah harus berakhir dengan ganti
rugi uang lima ratus ribu. Itu sangat tidak sepadan. Makanya sewaktu teman saya
ditawari pekerjaan yang diharuskan untuk menyerahkan ijazah. Teman itu dengan
tegas menolak walaupun gajinya besar. Dia tidak mau pengalaman si Udin menimpanya
dan tidak mau mengambil resiko apapun dari itu. Nah itulah sederet pengalaman
dari saya dan orang sekitar saya tentang resiko pekerjaan yang menahan ijazah
asli dari para karyawannya. Maka dari itu kita harus berhati-hati dan jeli
dalam menyikapi hal ini. Sekian cerita dari saya mudah-mudahan bermanfaat bagi
pembaca.